Sabtu, 11 Agustus 2012

Tunggu nanti, lihat saja!!

Kemarin, suatu sore pada Ramadhan minggu ke tiga 1433 H. Saat aku duduk termenung di depan rumah kost tempat tinggalku, di Kampung Seraya-Batam. Tiba-tiba saja aku mendengar suara tangis seorang anak lelaki kecil yang terjatuh dari sepedanya, karena tanpa sengaja roda sepedanya terperosok ke dalam lubang besar berbatu di seberang jalan sana. Hal itu tentu saja membuat aku tersentak dan tersadar dari lamunan singkatku, suara tangisnya yang merintih pilu berhasil membuat beberapa pasang mata menatap iba padanya.

Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, cuma butuh waktu sebentar saja bagi si anak untuk kembali bangkit dan berhenti menangis. Beruntung baginya, karena ada sang kakak yang segera turun dari sepedanya untuk membujuk dan menenangkannya. Sehingga si kecil itu dapat kembali berdiri dan tetap tegar. Kemudian mereka pergi berlalu dengan sepedanya dan meninggalkan tatapan heran dari orang yang sebelumnya menaruh rasa iba terhadap keadaan anak kecil tadi. Termasuk aku.

Berkah Ramadhan, mungkin ini yang kata orang "Tidurnya orang puasa pun akan dicatat sebagai amal ibadah baik". Hahhaha! Entah apa pun lah itu, yang ku tahu ada hikmah dan pelajaran yang dapat ku ambil dari kejadian singkat tadi. Lalu apa itu? Mau aku ceritakan, kawan?! Sedikit berbagi, tidak mengapalah. Semoga saja dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga dan amal baik untuk sesama, aamiin.

Jadi begini, dulu waktu aku masih kanak-kanak. Saat aku baru mulai belajar mengendarai sepeda, aku juga pernah jatuh seperti anak itu tadi. Parahnya lagi, aku tidak hanya jatuh sekali di kerasnya kerikil aspal, bahkan aku pernah merasakan dinginnya air parit (comberan) karena kecerobohanku yang terlalu kencang mengayuh sedel sepeda dan tidak ingat untuk menggenggam rem tangan tepat pada waktunya. Begitulah, tentunya dapat di bayangkan tampangku saat keluar dari parit itu. Yah, beda-beda tipis lah dari tampang "om arnold" di filem predator, yang tubuhnya berlumuran lumpur. Hehhe!

Tidak tertanggungkan rasanya malu dan kesal yang harus kuterima ketika kawan-kawan sepermainan menertawaiku dengan hebohnya, setelah membantu aku naik dari kubangan lumpur parit yang bau itu tentunya. "ape pasal engkau macam orang sawan gitu way? mentang-mentang hari panas, nak berendam di lumpur pulak ye? Macam kerbau, Wwwaaahhahaahahaaha!". Begitulah sebagian ungkapan teman-temanku, yang sampai sekarang tidak pernah bisa aku lupakan.

Waktu itu, dengan kesalnya aku bilang "Tunggu nanti, lihat saja..." Hehhehehe! Bahkan aku tidak paham dengan apa yang aku ucapkan ketika itu. Cuma kalimat itu yang terpikirkan olehku, yang aku anggap dapat menyelamatkanku dari rasa malu yang menghantam dengan kerasnya. Bukan mendendam, tetapi sekarang hal itu aku jadikan sebagai motivasi dan pengingat, agar tidak lagi berlaku ceroboh dan segera bangkit untuk melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya.

Bukankah orang-orang hebat juga pernah jatuh dan bahkan terpuruk dalam kegagalan!? Hohhhoho! Yang penting adalah proses pemahaman tentang arti jatuh dan semangat untuk bangkit kembali dari keterpurukan itu, disitulah pelajaran baiknya di selipkan oleh Zat Pemilik Ilmu Pengetahuan, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang akan senantiasa membimbing kita ke jalan yang benar. Insyaallah, Aamiin Ya Rabbal'alamiin.

Toh sekarang aku dapat mengendarai sepeda dengan baik, bahkan tanpa memegang stang sepeda pun aku dapat melaju tanpa gangguan. Benar kiranya kata orang bijak, "Bahwa di saat kita terjatuh, berarti saat itu kita sudah melampaui batas kemampuan yang kita miliki. Maka segera bangkitlah untuk kembali berlatih dan berdo'a kepada sang pemilik ilmu pengetahuan, yang telah mengamanahkan kemampuan itu kepada kita, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Semoga kemampuan kita bertambah dan menjadi lebih baik dari sebelumnya, aamiin".

Itu ceritaku di Ramadhan ini, bagai mana dengan kamu, kawan? Yuk, mari berbagi kebaikan di bulan yang suci ini. Semoga menjadi Ramadhan yang semakin berkah . . .