Minggu, 14 Februari 2016

Tolong Menolong

Mengalami kesulitan adalah risiko yang harus dirasakan saat kita memberanikan diri untuk menolong orang lain, terkadang bukan saja kesulitan fisik, tekanan batin pun harus rela diterima dengan lapang dada. Bahkan tidak jarang, kita pula yang harus memikul penderitaan lebih setelah kita menolong orang lain. Sukur-sukur dapat ucapan terima kasih dan perlakuan baik setelah kita memberikan pertolongan, pada kenyataannya, terkadang justru lebih sering kita mendapatkan sindiran, tatapan sinis dan wajah masam yang harus kita hadapi setiap hari, luar biasa!! Laa hawla wala kuwwata illabillahil'aliiyil adziim. Kuatkan diri kami Ya Rabbi, jagalah hati dan keyakinan kami agar tetap dalam Iman dan Islam. Aamiin 99x

Manusia sebagai makhluk sosial perlu hidup saling tolong menolong, kita sadari itu. Terkadang ada masa kita butuh pertolongan dari orang lain, kemudian ada pula masanya kita harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan kita, apalagi jika kita mampu untuk melakukannya.

Menolong dapat kita pahami sebagai upaya yang didasari oleh kesadaran dan rasa tanggungjawab, tidak perlu diminta. Menolong itu adalah perbuatan mulia, tentu saja dalam konteks menolong untuk sebuah kebaikan. Namun demikian, tidak semua orang sanggup melakukannya. Meski tidak dapat disimpulkan bahwa upaya memberikan pertolongan sebagai upaya yang berat, sulit, sukar untuk dilakukan. Tergantung dari mana dan bagai mana cara kita memandangnya, persepsi kita terkadang memang berbeda, tergantung pada kualitas kita sebagai manusia. Justru karena itulah, tidak semua orang sanggup untuk melakukannya.

Hanya orang yang berhati bersih dan ikhlas, yang menyadari bahwa keberadaannya di muka bumi ini dan apa yang dimilikinya hari ini, baik nafas, tenaga, kemampuan berpikir, ilmu pengetahuan, harta maupun jabatan, hanyalah sebagai titipan, sebagai sebuah kesempatan untuk beramal, berbuat baik dan menjalankan tugas dari sang pencipta terhadap sesama makhluk ciptaan yang hidup di muka bumi untuk menjadi bekal yang akan dibawa kelak di akhirat, yang akan sanggup melakukannya.

Apalagi jika kita sudah mengetahui persoalan yang sedang dihadapi dan mampu untuk memberikan pertolongan bagi orang lain yang membutuhkan pertolongan kita, tanpa diminta dan menunggu orang tersebut menengadahkan tangan kepada kita, mestinya kita sigap untuk memberikan pertolongan.

Tanpa kita sadari, terkadang satu persoalan yang kita anggap kecil, masalah sepele yang tidak dapat dihadapi oleh seseorang, justru berdampak besar terhadap diri individu maupun bagi orang banyak di lingkungan sosialnya. Keberadaan kita yang berdiam diri, mengulur-ulur waktu, padahal mampu untuk memberikan solusi segera terhadap masalah yang dihadapi oleh orang lain, tanpa kita sadari justru menjadi bagian besar penyebab problematika sosial di lingkungan kita.

Beberapa tahun terakhir, banyak bermunculan orang berlatar belakang pendidikan, profesi dan kelompok tertentu, yang dengan modal segenggam kata mutiara pemanis lidah menebar janji di mana-mana untuk menarik perhatian, hadir di antara kita, berkata dan berbuat seolah-olah akan menolong kita. Fenomena ini muncul tentu karena adanya sebab, tidak hadir begitu saja. Tidak dapat dipungkiri, ada tujuan memperoleh keuntungan materi terselip di situ.

Tidak cukup berhenti di situ saja, kemudian bermunculan banyak motif dan bentuk berbeda namun dengan tujuan yang sama, dengan meniru cara dan gaya serupa mereka menipu untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan kenaikan derajat sosial. Untuk mencapai tujuan itu, tidak sedikit tipu muslihat dilakukan, bahkan tidak menutup kemungkinan orang terdekat pun akan dikorbankan.

Hal seperti ini mungkin tidak terlalu menarik bagi kita, tipu muslihat mungkin sudah biasa terjadi disekitar kita, pengorbanan kecil yang dilakukan orang lain untuk menolong kita mungkin tidak membawa makna lebih bagi diri kita, namun hal seperti itu bisa saja menjadi penyebab masalah besar yang suatu hari nanti harus kita hadapi tanpa terduga.

Dalam memberikan upaya pertolongan mestinya benar-benar karena didasari oleh kesadaran dan rasa tanggungjawab, sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendirian, mestinya kita sadari itu. Sebagai orang yang pernah menerima pertolongan, rasanya sangat tidak pantas jika kita terlalu menghitung-hitung materi, berdiam diri, menunda-nunda dan membiarkan orang yang pernah menolong kita dengan bersungguh-sungguh, merasakan kesusahannya sendiri. Apalagi jika kita ternyata mampu dan tidak ada halangan untuk memberikan pertolongan.

Terkadang bagi sebagian orang yang kukuh menjaga harga diri, meminta pertolongan kepada sesama manusia disaat ia sedang mengalami kesulitan adalah hal yang sangat memalukan, takut dianggap lemah, manja, dan tidak mandiri. Meski disaat itu ia sedang sangat membutuhkan pertolongan. Pada saat seperti ini lah, uluran tangan kita yang mampu dan menyadari kesulitan orang lain sangat berarti kehadirannya. Semoga kita diberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk dapat menolong orang lain...